Jumat, 13 Maret 2009

Gelar Kebagsawanan Masih Pentingkah ?

Bagi anda yang ingin tahu atau membanggakan gelar kebangsawanan utamanya di Pulau mungil ini, tentunya akan bertanya-tanya kenapa gelar kebangsawanan mereka berbeda-beda ; ada yang menyandang wangsa Cokorda, Ngakan, I Dewa dan lainnya ada baiknya kita mulai dengan mengetahui lebih mendalam sejarah kelahiran manusia Bali. Sebab, menurut pengajar Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra, Universitas Udayana, I Nyoman Wijaya, gelar pada seseorang itu muncul berhubungan erat dengan asal usul yang bersangkutan, dari keturunan mana ia dilahirkan. Wijaya kemudian mengutip silsilah kewangsaan masyarakat di Bali dari buku "Aneka catatan tentang hukum adat Bali" karangan Mr Gde Panetje, terbitan CV Kayu Mas.

Dalam buku ini diuraikan gelar I Dewa hanya dipakai Dalem Klungkung yang bertahta bila beristrikan Ibu Padmi. Anak dari keturunan Dalem Klungkung dengan Ibu Panawing (jaba) diberi gelar Tjokorda. Pradewa, yakni sebutan bagi orang yang berasal dari keturunan Raja Klungkung, namun sudah tak lagi memegang kekuasaan. Keturunannya bergelar Dewa bagi yang laki dan Desak untuk perempuan. Bila ada warga keturunan Raja Klungkung yang tak lagi memegang kekuasaan, kemudian kawin dengan warga yang kastanya lebih rendah, maka dinamakan Pungakan. Keturunannya bergelar Ngakan untuk yang laki dan Desak bagi wanita.

Prabagus adalah wangsa yang diberikan kepada adik Dalem Klungkung namun tak memegang kekuasaan. Gelar keturunannya Bagus untuk pria dan Ayu bagi wanita. Ada pula sebut warga Prasanghyang, yaitu keturanan warga Bandesa Pasek yang diangkat kesatrya oleh Dalem Ketut. Turunannya kemudian bergelar Sang pada pria dan Sangayu bagi si wanita.

Sumber : Sarad Bali #80 122006

Prajapati : Penguasa semua mahkluk hidup dalam hal ini menurut kitab-kitab suci weda di sebut antara lain Batara Indra, Sawitri, Soma, Hiranyagarba, yaitu indung telur alam semesta ini. Namun dalam istilah Manu, penguasa tunggal dan pencipta mahluk hidup adalah brahma, atau Brahma adalah Prajapati.

Nyoman S.Pendit (Sarad #105/Januari 2009)

Tidak ada komentar: